Minggu, 06 Mei 2018

Analisis Struktur Batin Puisi Bahasa Jawa GUSTI


Analisis Puisi Daerah

GUSTI

Karya : Intan Nukhi Adhiya

Gusti…
Dalem namung tiyang kang lemah
Kang boten saged mlampah piyambak
Gusti…
Dalem namung tiyang ingkang gampil gripil
Tansah kegoda kesenengan donya
Gusti…
Hamung siji panyuwunku
Tuntun dalem wonten ing margi kang padhang gusti
Duh Gusti…
Arti puisi “Gusti”
YA ALLAH
Ya Allah
Hamba hanyalah orang yang lemah
Yang tidak dapat berjalan sendiri
Ya Allah
Hamba hanyalah orang yang gampang pecah
Yang selalu tergoda kesenangan dunia
Ya Allah
Hanya satu permintaanku
Tuntunlah hamba ke dalam petunjukmu Allah
Duh Allah

Struktur batin puisi
Dalam puisi ini menceritakan tentang hakikat manusia. “Dalem namung tiyang kang lemah” pengaarang melukiskan manusia hanyalah makhluk yang lemah dan sangat mudah masuk kedalam jurang keburukan. “Kang boten saged mlampah piyambak” pengarang melukiskan manusia tidak dapat berjalan sendiri, tidak dapat mengatur sendiri kehidupan yang diinginkan. “Dalem naming tiyang ingkang gampil gripil” menggambarkan manusia yang mudah terluka dan mudah tersesat. “ Tansah kegoda kesenengan donya”  manusia mudah tergoda kesenangan dunia. “Hamung siji panyuwunku” dan “Tuntun dalem woten ing margi kang padhang gusti” pengarang melukiskan permohonan agar tidak melenceng dari kebenaran.

1.      Tema
Hakikat manusia yang begitu lemah dan mudah tergoda.
2.      Nada
Pengarang menceritakan perasaannya dengan nada ratapan, rendah diri dan memohon atas perasaan sebagai hamba Allah yang lemah dan memohon atas satu doanya.
3.      Perasaan
Pengarang merasakan begitu dekat dengan Allah dan lemah di hadapan Allah. Hanya Allah yang dapat menolongnya dari kesenangan dunia dan kesesatan.
4.      Amanat
Manusia sebagai makhluk Tuhan harus selalu mengingat dan beribadah kepada Allah SWT, karena tujuan diciptakannya manusia di dunia ini adalah agar selalu beribadah kepada-Nya. Selalu berdoa agar diberikan petunjuk dan jalan yang lurus dalam mengarungi kehidupan di dunia.
Struktur fisik puisi

Berdasarkan kajian pada struktur fisik dapat diketahui lebih jauh mengenai gambaran puisi ini. Tokoh Aku pada puisi tersebut tampaknya merupakan tokoh tunggal, peyair menyebut hanya satu kali pada puisi tersebut , yaitu pada kata “Dalem” yang berarti hamba.
Sementara dari  aspek bunyi, puisi tersebut tidak banyak persamaan bunyi  akhir baik persamaan bunyi  akhir vokal maupun persamaan bunyi akhir konsonan. Pada baris kesatu, empat, tujuh, Sembilan dan sepuluh terdapat persamaan bunyi akhir konsonan yaitu persamaa bunyi akhir konsonan “i”. Masih berkenaan dengan aspek bunyi, pada puisi tersebut terdapat persamaan bunyi baik berupa aliterasi maupun asonansi. Persamaan bunyi akhir berupa asonansi “ng” pada baris kelima pada kata “naming tinang ingkang” dan asonansi “l” pada kata “gampil gripil” , Secara keseluruhan pada puisi “Gusti” ditemukan unsur bunyi yang bernada meratap dan rendah diri, hal ini tampaknya serasi dengan yang ingin diungkapkan penyair pada puisi ini. Puisi tersebut membicarakan mengenai seseorang yang merasa begitu dekat dengan Allah dan merendah diri sebelum menyampaikan doa. Penyair memilih vokal “I” karena terasa lebih cocok untuk melukiskan suasana rendah diri dan dekat dengan Sang Pencipta.
Mengenai permajasan, pada puisi tersebut terdapat majas sinekdok seperti pada ungkapan “gripil” yang berarti “pecah” menggambarkan orang yang mudah terpengaruh sesuatu yang buruk. Dari segi pencitraan puisi tersebut terdapat citraan gerakan. Citraan gerakan yang terdapat citraan penglihatan yang terdapat pada kalimat “kapal, perahu tiada berlaut menghembus diri, desir hari berenang, tidak bergerak dan kini tanah dan air tidur hilang ombak, berjalan menyisir semenanjung”.